Lanjut ke konten

$93/TON batubara … 180314_300414_191016_26/02/2019

Februari 25, 2019

buttrock

 

Bisnis.com, JAKARTA – Laju produksi batu bara di awal tahun ini masih relatif lambat dengan 26,23 juta ton hingga 21 Februari 2019.

Jumlah tersebut baru mencapai 5,35% dari target produksi tahun ini sebanyak 490 juta ton. Sementara itu, realisasi pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) hingga 21 Februari 2019 masih sangat kecil, yakni 7,18 ton.

Meskipun masih tercatat rendah, realisasi hingga akhir tahun diprediksi masih tetap tinggi, bahkan bisa kembali di atas 500 juta ton. Hal tersebut bisa didorong oleh peningkatan produksi dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) di daerah dan perusahaan yang telah memenuhi kewajiban DMO-nya.

Seperti diketahui, pemerintah telah memberikan ruang bagi para produsen batu bara untuk meningkatkan produksinya hingga 10% dari jumlah yang telah disetujui dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) dengan syarat telah memenuhi persentase minimal DMO.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, produksi batu bara sepanjang tahun lalu mencapai 548,58 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi 20 juta ton dari catatatn awal Januari 2019 sebanyak 528 juta ton.

Adapun selisih tersebut disebabkan laporan produksi dari IUP di daerah belum masuk semua pada awal Januari. Seperti diketahui, kewenangan perizinan IUP saat ini ada di bawah gubernur.

Sementara itu, tidak ada perubahan pada catatan DMO atau tetap 115 juta ton. Dengan demikian, persentase DMO pada tahun lalu turun dari catatan awal sebesar 21,9% menjadi 20,96%.

Untuk tahun ini, Kementerian ESDM menyatakan DMO batu bara mencapai 128 juta ton. Artinya ekspor batu bara bisa mendekati angka 400 juta ton pada tahun ini.

lol

JAKARTA kontan. Isu geopolitik di Timur Tengah menyulut kenaikan harga batubara. Apalagi, dari sisi fundamental, ada pengurangan produksi di China.

Mengutip Bloomberg, Senin (17/10), harga batubara kontrak pengiriman November 2016 di ICE Futures Exchange ditutup naik 3,66% dari pekan sebelumnya ke level US$ 93,50 per metrik ton. Ini harga tertinggi batubara sepanjang tahun ini.

Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka menilai, kenaikan harga batubara pada pekan ini salah satunya disebabkan gejolak di Timur Tengah. “Situasi geopolitik yang membara setelah AS, Irak, dan sekutunya berusaha untuk merebut kembali Kota Mosul dari tangan ISIS, membantu mendongkrak harga minyak. Dengan demikian, harga komoditas lain seperti batubara juga ikut terkerek,” paparnya, Selasa (18/10).

Selain itu, lanjut Ibrahim, harga batubara juga tersulut akibat strategi China yang memotong lebih dari setengah produksinya. Sehingga, saat harga terangkat cukup baik, negeri Tiongkok dapat mengembalikan jumlah produksinya dan mendulang keuntungan lebih.

Menurutnya, pergerakan batubara sepanjang pekan ini akan disetir sejumlah data ekonomi. Antara lain, China akan merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal III. Para analis memprediksi, pertumbuhannya akan sebesar 6,7%, sama seperti PDB kuartal II. Selain itu, pada hari yang sama juga akan dikeluarkan data dari Biro Statistik Nasional soal produksi industri di China. Diperkirakan,output industri di China bulan September tumbuh 6,4%, naik dari Agustus yang hanya 6,3%.

Lalu, di Amerika Serikat, akan dirilis data izin pendirian bangunan. Para analis memperkirakan sebanyak 1,17 juta izin dikeluarkan pemerintah AS untuk bangunan baru di negara Paman Sam itu pada bulan September. Meningkat dari bulan Agustus lalu yang tercatat 1,14 juta izin. Seperti kita tahu, batubara adalah sumber energi utama yang digunakan untuk pemanas ruangan, utamanya pada musim dingin.

“Kalau memang data dari AS dan China yang keluarbagus dan sesuai prediksi,harga batubara bisa terus menguat. Apalagi, pertumbuhan ekonomi China juga terlihat baik,” tutur Ibrahim.

Ibrahim semakin optimistis terhadap kenaikan harga batubara sampai akhir tahun ini. Pasalnya, pada 30 November mendatang, negara-negara anggota OPEC akan mengadakan pertemuan resmi di Wina, Austria untuk membicarakan soal pemangkasan produksi minyak. “Kalau pertemuan ini sukses, pada akhir November nanti mungkin harga batubara bisa berada di level US$ 100 per metrik ton,” proyeksinya.

buttrock

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, salah satu komoditas global yang cenderung meningkat pada tahun ini adalah batubara karena penurunan produksi batubara global, antara lain produksi dari Tiongkok, Australia, dan Indonesia yang merupakan produsen terbesar untuk komoditas batubara.

 

Secara khusus, harga batubara di pasar Indonesia yakni Harga Batubara Acuan (HBA) cenderung meningkat dari US$ 50,92 per metric ton pada Februari 2016 menjadi US$ 63,93 per ton pada September,” kata Josua kepada Investor Daily, Senin (10/10) malam.

 

Kenaikan harga batubara acuan Indonesia tersebut, lanjut dia, juga didorong oleh peningkatan konsumsi batubara sejalan dengan program pemerintah, yakni pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW.

 

Selain peningkatan konsumsi batubara di Indonesia, juga terjadi peningkatan permintaan batubara di Tiongkok karena pemerintah Negeri Tirai Bambu itu membatasi produksi domestik sehingga mendongkrak harga batubara di pasar internasional.

 

Menurut dia, ke depan, harga batubara cenderung akan bertahan di level sekarang atau justru berpotensi meningkat kembali. Sebab, pada umumnya permintaan global pada batubara cenderung meningkat lagi memasuki musim dingin. (bersambung)

http://id.beritasatu.com/energy/batubara-salah-satu-komoditas-global-yang-cenderung-meningkat/151042
Sumber : INVESTOR DAILY

JAKARTA. Harga batu bara ditutup menguat tajam pada perdagangan Senin (3/10/2016).

 

Harga batu bara untuk kontrak Januari 2017, kontrak teraktif di bursa Rotterdam, ditutup melonjak 4,26% atau 2,66 poin ke US$65,15/metrik ton.

Sementara pada perdagangan Jumat pekan lalu (30/9/2016), harga batu bara kontrak Januari ditutup melemah 2,78% atau 1,79 poin ke US$62.49/metrik ton.

Penguatan batu hitam pada penutupan perdagangan kemarin sejalan dengan penguatan harga minyak mentah.Â

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November menguat 1,2% atau 57 sen ke posisi US$48,81 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini adalah penutupan tertinggi sejak 1 Juli.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Desember menguat 70 sen atau 1,4% ke US$50,89 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Pergerakan harga batu bara kontrak Desember 2016 di bursa Rotterdam

Tanggal

US$/MT
3 Oktober

65,15

(+4,26%)
30 September

62,49

(-2,78%)
29September

64,28

(+1,21%)
28 September

63,51

(+5,24%)
27 September

60,35

(-1,15%)

 

Sumber: Bloomberg

http://market.bisnis.com/read/20161004/94/589199/harga-batu-bara-ikuti-minyak-mentah-batu-hitam-kembali-reli

Sumber : BISNIS.COM

buttrock

Bisnis.com, JAKARTA– Harga batu bara kontrak September 2016 anjlok pada penutupan perdagangan Kamis (18/8/2016).

Pada perdagangan kemarin, harga batu bara untuk kontrak September 2016, kontrak teraktif di bursa Rotterdam, ditutup anjlok 2% atau 1,25 poin di posisi US$61,35/metrik ton.

Sementara itu pada perdagangan sebelumnya (Rabu, 17/8/2016), harga batu baru ditutup menguat 0,64% atau 0,40 poin ke level 62,60.

Seperti dikutip Reuters (18/8/2016), kantor berita Mozambique melaporkan hampir 4.000 penambang batu bara kehilangan pekerjaannya di provinsi Tete, Mozambique selama setahun terakhir akibat efisiensi oleh perusahaan pertambangan seperti Vale, yang disebabkan oleh rendahnya harga.

Rendahnya harga batu bara telah memaksa perusahaan pertambangan memangkas biaya. Provinsi Tete disebut telah mengurangi 3.937 pekerjaan dalam setahun terakhir, menurut Kepala Departement Sumber Daya Mineral Provinsi Tete Portasio Aurelio.

 

Pergerakan harga batu bara kontrak Agustus 2016 di bursa Rotterdam

Tanggal US$/MT
18 Agustus 61,35

(-2,00%)

17 Agustus 62,60

(+0,64%)

16 Agustus 62,20

(-0,80%)

15 Agustus 62,70

(-0,87%)

12 Agustus 63,25

(+2,51%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Bloomberg 

 

 ezgif.com-resize

 

 

INILAHCOM, Jakarta – Saat pasar terkoreksi dinilai bisa dijadikan bargaining pada saham-saham batu bara. Sektor ini diprediksi mampu memberikan keuntungan 15-20% dalam enam bulan. Benarkah?

Pada perdagangan Selasa (29/4/2014) saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) ditutup melemah Rp375 (3,7%) ke Rp9.800; PT Harum Energy (HRUM) menguat Rp5 (0,2%) ke Rp2.360; dan PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) melemah Rp850 (3,3%) ke Rp24.875.

NS Aji Martono, Direktur PT Capital Bridge Indonesia mengatakan, kalau melihat fundamentalnya, saham-saham batu bara masih rata-rata. Sebab, sektor ini terkendala oleh harga komoditas aslinya (batu bara).

Saat harga batu bara turun, lanjut dia, laba emiten juga sangat terasa turun. “Apalagi, saat penurunan tersebut dikonversi pada rupiah yang melemah atas dolar AS. Sangat terasa,” katanya kepada INILAHCOM.

Dia menjelaskan, jika ongkos produksi US$1 butuh Rp5.000, dengan dolar 12.000 per dolar AS, masih ada margin keuntungan Rp7.000. Itu jika harga batu bara naik secara riil. “Tapi, saat harga batu bara turun, Rp5.000 untuk US$1, otomatis biaya produksi juga menjadi lebih mahal, karena harga produknya lebih rendah,” ujarnya.

Padahal, dia menegaskan, jika harga batu bara menguat dan dolar AS menguat, menjadi dua kali untung. “Saat dolar AS menguat dan harga batu bara turun, cost menjadi tidak cukup atau margin yang didapat mengecil. Sebab, beban modal menjadi lebih tinggi,” tuturnya.

Hampir semua saham sektor batu bara, menurut Aji, sudah terpuruk dalam beberapa bulan terakhir. Karena itu, mulai awal April mulai agak bergairah. “Ini menjadi saat tepat untuk mengakumulasi saham-saham sektor ini,” ucapnya.

Masih ada ruang yang cukup untuk akumulasi terutama yang punya sisi fundamental cukup kuat seperti saham PTBA, HRUM, dan ITMG. “Kalau yang rumornya kencang tanpa ada aksi korporasi, naiknya kencang, turunnya pun kencang. Seperti saham PT Bumi Resources (BUMI) yang sempat di atas Rp350, turun terus ke bawah Rp200-an sekarang,” papar dia.

Di atas semua itu, dia menegaskan, saham PTBA, HRUM dan ITMG cukup layak dikoleksi untuk jangka menengah, enam bulanan. Risiko penurunan IHSG justru jadi bargaining position bagi investor yang belum memiliki saham-saham batu bara. “Potential gain bisa diraih 15-20% dari posisi harga saham-saham batu bara saat ini,” imbuhnya. [jin]

buttrock

Batubara Bakal Terpuruk ke Level US$70
Ardhanareswari AHP – Senin, 21 April 2014, 06:39 WIB

Bisnis.com, JAKARTA— Batubara tampaknya belum bisa bangkit dari keterpurukannya. Isu lingkungan dan berlimpahnya pasokan terus menggerus harga komoditas yang dulu dijuluki emas hitam ini.

Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Kamis (17/4) ICE Global Coal Newcastle Index merosot ke level US$73,45 per ton. Sejak Senin harga batubara terus turun. Jika dihitung sejak awal tahun ini, indeks harga batubara turun sekitar 14,22% dari US$85,63 per ton.

Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) juga menetapkan harga batubara acuan (HBA) sebesar US$74,81 per ton atau lebih rendah dibandingkan HBA bulan sebelumnya, yaitu US$77,01 per ton.

Ibrahim, pengamat komoditas tambang sekaligus mantan peneliti di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) bahkan memproyeksikan batubara bakal tergusur ke level US$70-an dalam waktu dekat ini.

“Kemungkinan besar ke level US$70-an. Prospek komoditas ini paling jelek dibandingkan dengan komoditas lain. “Outlook batubara masih akan stabil di level rendah” katanya.

Menurutnya, saat ini penggunaan batubara banyak memicu pro-kontra terkait dengan dampak yang ditinggalkannya terhadap kualitas udara dan kelestarian lingkungan. Sejumlah negara pengguna batubara terbesar di dunia pun mengurangi pembeliannya.

Ibrahim mengungkapkan, saat harga batubara sedang rendah-rendahnya seperti saat ini India, China, dan Jepang justru mengerem pembelian mereka.

Data dari Biro Statistik Nasional China membuktikan Negeri Tirai Bambu itu perlahan beralih ke gas alam. Volume produksi gas alam China selama Maret 2014 menanjak ke level tertinggi dalam 2 tahun terakhir.

Analis dari ICIS-C1 Energy Wang Ruiqi mengatakan pada Bloomberg produksi gas dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan. “Pengguna sedang berpindah dari energi berbasis batubara ke gas alam yang lebih sesuai dengan kelestarian lingkungan,” katanya.

Meski begitu, berbagai lembaga riset menyatakan pada tataran global batubara masih menjadi sumber energi utama di dunia, paling tidak hingga 2035. Data dari Energy Information Administration (EIA) AS menyebutkan konsumsi batubara global diperkirakan menanjak sekitar 4,6% tahun ini.

Namun, tren ini akan melambat dan diperkirakan melemah 3,1% setiap tahunnya mulai 2015. Di masa yang akan datang batubara perlahan akan digeser oleh gas alam.

Sementara itu volume produksi batubara Indonesia hingga 10 April 2014 mencapai 110 juta ton. Adapun selama kuartal I/2014 produksi mencapai 105 juta ton. Dari jumlah tersebut sekitar 81 juta ton diekspor, termasuk ke China dan India. Sepanjang tahun ini pemerintah menargetkan produksi tahun ini turun menjadi sekitar 397 juta ton.

Editor : Linda Teti Silitonga

lol

Harga Batu Bara Terus Turun ke US$77,01/Ton

Oleh: Ranto Rajagukguk
pasarmodal – Jumat, 11 April 2014 | 00:03 WIB

INILAHCOM, Jakarta – Harga Batubara Acuan (HBA) pada periode April 2014 sebesar US$74,81 per ton. HBA ini lebih rendah dibandingkan periode Maret sebesar US$ 77,01 per ton.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Supriatna Sahala menuturkan, tren penurunan itu disebabkan oleh berlimpahnya pasokan komoditas tersebut di pasar global. Ia juga memrediksi turunnya harga batubara masih terus berlanjut ke depannya.

“Penyebabnya over suplai yang membuat harga turun terus. Artinya harga saat ini belum menyentuh dasar, masih terus turun,” kata Supriatna di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Supriatna menambahkan, penyebab over suplai batubara disebabkan oleh tambahan ekspor sebesar 100 juta ton per tahun yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Negeri Paman Sam tengah mengoptimalkan pengembangan shale gas.

Dampaknya, jumlah ekspor batubara negara itu ke pasar global mencapai 200 juta ton per tahun. “Selain itu, Tiongkok mengurangi impor batubara mencapai 200 juta ton setahun lantaran produksi dalam negeri digunakan untuk memperbaiki infrastruktur,” katanya.

Menurut dia, kenaikan harga batubara ini juga disebabkan oleh meningkatnya produksi batubara nasional. Dia memperkirakan produksi batubara hingga kuartal pertama tahun ini lebih dari 100 juta ton.

“Kami belum punya data yang konkret. Tapi diperkirakan angka produksi hingga kuartal pertama ini di atas 100 juta ton,” ujarnya. [hid]
Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan (HBA) periode Maret 2014 sebesar US$ 77,01 per ton. HBA ini lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditetapkan pada periode Februari kemarin sebesar US$ 80,44 per ton.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Edi Prasodjo, mengatakan rendahnya harga acuan pada Maret ini akibat tingginya volume produksi batubara nasional.

“Harga spot pada Maret US$ 77,01 per ton. Turun sekitar US$ 3 per ton dibanding HBA Februari sebesar US$ 80,44 per ton,” kata Edi di Jakarta, Selasa (18/03).

Edi menuturkan total produksi batubara dari perusahaan pertambangan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) hingga Februari kemarin mencapai 73 juta ton atau naik sekitar 10,6 % dari periode yang sama tahun lalu.

Adapun rinciannya besaran produksi batubara periode Februari sebesar 35,5 juta ton dan produksi pada Januari lalu sebesar 37,5 juta ton. Edi menjelaskan rendahnya produksi di Februari lantaran masa operasionalnya lebih pendek ketimbang produksi di Januari. Sedangkan ekspor batubara hingga Februari totalnya mencapai 54 juta ton. “Untuk DMO (domestic market obligation/penjualan dalam negeri) plus sebesar 19 juta ton dan volume penjualan ekspor 54 juta ton,” ujarnya.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, R. Sukhyar, sebelumnya memperkirakan harga komoditas batubara akan terus mengalami penurunan hingga enam bulan kedepan yang diakibatkan melimpahnya komoditas batubara di pasar internasional.

“Amerika Serikat melepas batubaranya karena akan menggunakan shale gas. Begitu juga dengan Afrika yang akan melepasnya,” ujarnya.

Sukhyar menuturkan langkah yang dapat dilakukan dalam menyikapi penurunan harga itu yakni melalui peningkatan nilai tambah batubara seperti mengkonversi batubara menjadi cair maupun gas. Selain itu bisa juga dengan meningkatkan (upgrading) kalori batubara.

Dikatakannya, pemerintah telah memiliki kebijakan pembangkit listrik di mulut tambang. Kebijakan ini akan menyerap produksi batubara sebagai bahan baku pembangkit listrik. “Pembangkit batubara paling tidak 1000 megawatt per tahun,” ujarnya.

http://www.beritasatu.com/ekonomi/172212-harga-batu-bara-acuan-esdm-maret-ditetapkan-di-us7701.html

Sumber : BERITASATU.COM

Emoticons0051

From → Seputar Indy

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar