Lanjut ke konten

indy beraksikorpora$1 … 100311

Maret 10, 2011

Di Balik Keagresifan Saham Indika
Published: 9 Mar 2011 06:01 WIB |
IMQ, Jakarta — Perlahan namun pasti. Kalimat ini pantas ditujukan kepada PT Indika Energy Tbk (INDY) yang telah mengantongi sejumlah nama perusahaan tambang batubara dan pelayaran untuk diakuisisi.

Baru-baru ini, perseroan dipastikan menjadi pengendali baru atas PT Mitra Bahtera Segara Sejati Tbk (MBBS), perusahaan pelayaran dengan membeli 51% saham milik PT Patin Resources, Patricia Pratiwi Suwati Prasatya, dan Ingrid Ade Sundari Prasatya. Pembelian dilakukan melalui eksekusi hak (opsi beli).

Namun, status pengendali baru ini baru direalisasikan pada 180 hari setelah MBBS listing. INDY akan membeli saham milik Patin Resources sebanyak 981,265 juta lembar. Indika juga membeli saham milik Patricia Pratiwi Suwati Prasatya dan dan Ingrid Ade Sundari Prasatya punya masing-masing 275 juta lembar.

Bukan hanya itu, perseroan berhasil mengakuisisi 6 kuasa tambang batubara di Kalimantan senilai US$175 juta. Tambang yang diakuisisi terbagi dalam 6 Kuasa Pertambangan (KP) seluas 30 ribu hektar dengan cadangan batubara sebanyak 200-300 juta ton berkalori 5.000-6.000 kkal.

Periset Indopremier Securities, Albert Wicaksana Tjong menulis sejumlah akuisisi ini pasti meningkatkan produksi batubara dan efisiensi perusahaan. “Kami meramal target harga INDY Rp4.300, yang tercermin pada PER 2011 22x dan EV EBITDA 7x,” papar Albert dalam risetnya.

Sayang, sejumlah resiko menghadang di depan mata. Mulai dari keterlambatan pengerjaan proyek, persaingan ketat dalam industri rekayasan dan konstruksi, volatilitas harga batubara hingga kurs rupiah. Semua resiko ini lantaran lini bisnisnya berfokus pada pertambangan.

Bila dimang-timang, pertumbuhan INDY cukup dipengaruhi oleh keberhasilan PT Kideko Jaya Agung (KJA) yang menempatkan bisnisnya pada pertambangan batubara. “Nah, dengan akusisi PT Petrosea Tbk (PTRO) 99,55% dinilai strategis untuk mendongkrak kinerja perusahaan,” ulasnya.

Perseroan pun cukup “pede” dengan KJA yang bisa memproduksi sebesar 29 juta ton dan dari PT Santan Batubara sekitar 2,5 juta ton. Memang, perseroan menargetkan produksi batubara dari dua anak perusahaannya sekitar 32 juta ton. Belum lagi, kemajuan pembangunan infrastruktur energi, lewat PT Cirebon Electric Power juga berdampak pada penguatan harga saham.

“Kami mengharapkan perubahan yang baik dalam skema pertambangan guna menekan biaya operasional sehingga bisa tetap profit,” ujarnya.

Tahun ini, Indopremier memprediksi perseroan dapat mengantongi penjualan sekitar Rp4,649 triliun, dengan EBITDA mencapai 732,6 miliar. Artinya, laba bersih bisa terdongkarak hingga Rp2,743 triliun. Harga per saham (EPS) Rp562,9.
Author: Susan Silaban

Anak Usaha INDY Ajukan Consent Solicitation
Published: 10 Mar 2011 05:31 WIB |
IMQ, Jakarta — Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY), Indo Integrated Energy B.V telah mengajukan permohonan persetujuan “consent solicitation” pada 9 Maret 2011 kepada pemegang obligasi untuk merubah ketentuan indenture.

“Permohonan ini diajukan kepada pemegang obligasi dengan jumlah US$250 juta 8,50% yang jatuh tempo pada 2012,” ujar Sekretaris Perusahaan INDY, Dedy Happy Hardi dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (9/3).

Perubahan ketentuan dalam “indenture” tertanggal 8 Mei 2007 yang dibuat antara IIE BV sebagai penerbit obligasi, perseroan dan PT Indika Inti Corporindo (bertindak sebagai penjamin), dan HSBC Institutional Trust Services Limited sebagai waliamanat.

“Perubahan ini juga mengusulkan memberikan intensif kepada pemegang obligasi yang menyetujui adanya perubahan,” pungkasnya.
Author: Susan Silaban

From → Seputar Indy

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar